TERBARU

tawasul

Sebenarnya dalil tentang tawasul itu banyak sekali Tawassul adalah salah satu dari sekian banyak metode berdoa, dan salah satu pintu untuk menghadap kepada Allah. Jadi jika seseorang bertawasul dengan Nabi, A’uliya, Syuhada, dll yang sudah meninggal, bukan berarti ia meminta pada “mayat” (orang yang sudah mati) akan tetapi mengatas namakan Nabi, A’uliya, Syuhada dll untuk berdo’a kepada Allah Swt. Dan yang menjadi tujuan sebenarnya (dalam tawassul) adalah Allah. Sementara yang ditawassuli hanya sekadar perantara (wasilah) saja untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan syirik adalah orang yang menyekutukan Allah, artinya, ketika seseorang berkeyakinan bahwa suatu barang, atau hal lain itu mempunyai kekuatan (bisa mencipta pada dirinya sendiri) maka itu adalah syirik karena sesungguhnya yang mempunyai kekuatan hanyalah Allah Swt. Contoh kecil, ketika kita minum obat dan beranggapan bahwa obat itu mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan maka itulah syirik, karena sesungguhnya yang menyembuhkan adalah Allah sedangkan obat itu hanyalah sebagai perantara (wasilah / tawasul).
Dalam Alqur’an ada tersebut perkataan “wasilah” atau tawasul dalam dua tempat, yaitu :
Pada surat al Maidah ayat ke 35 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Patuhlah kepada Allah dan carilah jalan –yang mendekatkan- padaNya,dan berjuanglah dijalan Allah, supaya kamu jadi beruntung” (al Maidah:35)
Pada surat al Isra’ tersebut :

Arinya : “mereka mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan” (al Isra’:57)
Maka berdo’a dengan bertawasul adalah berdo’a kepada Tuhan. Jika orang yang bertawasul meyakini bahwa yang ditawasuli itu dapat memberikan manfaat atau menolak mudharat dengan kekuasaanya, maka ia telah syirik.

DALIL DO’A TAWASUL
1. Dalam Shohih Bukhori :

Artinya : “dari Anas (bin Malik), bahwasanya Umar Bin Khotob Rda. Apabila terjadi kemarau, minta hujan ia dengan Abas Bin Muthalib, maka Beliau berkata : “Ya Allah bahwasanya kami telah tawassul kepada Engkau dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan, dan sekarang kami tawassul kepada Engkau dengan Paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan itu” (hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Baihaqi)
Kesimpulan: Shohabat Umar bin Khatab sahabat Nabi yang utama dan Khalifah Nabi yang kedua pernah berdo’a bertawasul dengan Nabi Muhammad Saw. Untuk mohon kepada Allah minta diturunkan hujan pada musim kemarau, bukan saja bertawasul dengan Nabi bahkan juga kepada Nabi Abbas bin Abdil Muthalib Rda. Nabi pernah mengatakan bahwa : “kebenaran itu dijadikan Tuhan dalam ucapan ‘Umar”.
2. Dalam kitab hadis “Sunan Ibnu Majah” :

Artinya : “bahwa seorang laki-laki sakit mata datang kapada Nabi Muhammad Saw, maka ia berkata : mohonkanlah kepada Tuhan supaya Ia menyehatkan aku! Maka Nabi menjawab : kalau engkau mau aku do’akan dan jika kamu mau besabar maka itu lebih baik. Laki-laki itu menjawab : do’akanlah sekarang juga. Lalu Nabi menyuruh ia berwudhu’ (untuk sholat) Lalu dia berwudhu' dengan baik. (Setelah selesai shalat) dia membaca doa ini: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantara) Nabi-Mu, Nabi (penebar) rahmat. Sesungguhnya aku menghadap dengan perantaraanmu kepada Tuhanku dalam hajatku ini agar ditunaikan untukku. Ya Allah terimalah syafa‘atnya untuk (menolong) aku" (hadist riwayat Ibnu Majah dan Ia berkata hadist ini shahih)
Keterangan : Ini adalah terang-terang do’a bertawasul kepada Nabi di hadapan Nabi dan yang diajarkan oleh Nabi sendiri secara langsung. Ini juga diriwayatkan Imam Tirmidzi.
3. Hadis lain

Artinya : “dari sahabat Nabi Anas bin Malik, bahwasanya Nabi Muhammad Saw, berkata dalam do’a beliau begini : Ya Allah, ampunilah Fatimah binti Asad dan lapangkanlah tempat masuknya (ke kubur) dengan hak Nabi Engkau dan Nabi-nabi sebelum saya. Engkau yang maha Pengasih diantara yang terkasih” (hadist riwayat Imam Thabrani. Hadis ini diriwayatka juga oleh Ibnu Habban dan Al Hakim dan keduanya mengatakan hadist ini shahih)
Keterangan : Nabi Muhammad Saw. Berdo’a dengan bertawassul dengan diri Beliau sendiri sebagai Nabi dan dengan Nabi yang lain sebelumnya, padahal para Nabi sebelum Nabi Muhammad semuanya telah meninggal. Maka jika ada yang mengatakan tawasul itu syirik apakah ia akan mengatakan hal itu juga kepada Nabi Muhammad Saw? “Na’udzubillahimindzalik”
4. Dalil lain
Apakah betul doa itu masih diajarkan oleh sahabat setelah wafatnya rasul? ya masih...
Al Thabrani, di al-Mu‘jam al-Shaghir
Diriwayatkah oleh Imam Tabrani dan Baihaqi, dua orang ahli hadist yang terkenal, bahwa seorang pria datang berulang-ulang mau menghadapa shahabat Usman bin Affan (pada saat beliau menjabat khalifah) dan tidak pernah bertemu beliau.
Pria ini mengadu pada Usman bin Hanif (salah seorang shahabat Nabi). Usman bin Hanif berkata kepada pria tadi : bawalah kemari tempat wudhu’ dan berwudhu’lah engkau. Kemudian datanglah ke masjid dan sembahyang disana. Kemudia bacalh do’a

Artinya : “Ya Allah, aku meminta kepada-Mu dengan (perantara) Nabi-Mu, Muhammad, Nabi (penebar) rahmat, wahai Muhammad, aku menghadap dengan (perantara) mu kepada Tuhanku agar hajatku dipenuhi”.
Lalu -masih kata Utsman Ibn Hunaif- sebutkanlah keperluanmu. Setelah mendengarkan anjuran Utsman Ibn Hanif, dia langsung melaksnakan anjuran itu. Setelah melaksanakan itu semua, dia kembali datang kepada Utsman Ibn Affan, dan penjaga pintu mengantarkannya kepada Utsman Ibn Affan, lalu dia dipersilahkan duduk di permadani. Utsman Ibn Affan bertanya, “apa keperluanmu”? Lalu dia menyebutkan keperluannya dan akhirnya keperluannya pun dipenuhi. Utsman Ibn Affan berkata lagi, “kenapa kamu baru menyebutkan keperluanmu sekarang? Apa saja keperluanmu, katakan saja”. Kemudian dia kembali menuju Utsman Ibn Hunaif, dia berkata kepada Utsman Ibn Hanif, “semoga Allah membalasimu dengan kebaikan, ternyata beliau (Utsman Ibn Affan) tidak memperhatikan keperluanku dan tidak menengok kepadaku kecuali setelah engkau membicarakan tentang diriku kepadanya”, (laki-laki ini mengira bahwa Utsman Ibn Affan menunaikan keperluannya lantaran Utsman Ibn Hanif menceritakan tentang dirinya kepada Utsman Ibn Affan). (Oleh karena anggapan itu) Utsman Ibn Hanif berkata, “demi Allah, sama sekali aku tidak pernah mengatakannya kepada Utsman Ibn Affan, akan tetapi aku pernah menyaksikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi seorang buta yang mengadukan kebutaannya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘apakah tidak bersabar saja’, lalu orang itu berkata, ‘ya Rasulullah, aku tidak mempunyai pendamping, tentu ini akan menyusahkanku’, lalu Nabi menyuruhnya berwudhu untuk shalat dua rakaat dan berdoa dengan doa ini”. Lalu Utsman Ibn Hanif berkata, “belum lama kami berpisah, sementara perbincangan pun belum lama, orang itu datang kembali seakan-akan dia tidak pernah mengalami buta sedikit pun”
Keterangan : Ustman bin Hanif semasa Nabi hidup, diajarkan do’a tawasul oleh Nabi. 20 tahun kemudian Ustman bin Hanif mengajarkan do’a itu lagi kepada laki-laki yang mendapat kesullitan dalam menghubungi khalifah untuk suatu persoalan.

Tawasul kepada Nabi Muhammad sebelum beliau di lahirkan
Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لما اقترف آدم الخطيئة قال : يا ربى ! إنى أسألك بحق محمد لما غفرتنى فقال الله : يا آدم كيف عرفت محمدا ولم أخلقه قال : يا ربى لأنك لما خلقتنى بيدك ونفخت فيّ من روحك رفعت رأسى فرأيت على قوائم العرش مكتوبا لاإله إلا الله محمد رسول الله فعلمت أنك لم تضف إلى إسمك إلا أحب الخلق إليك فقال الله : صدقت يا آدم إنه لأحب الخلق إلي، ادعنى بحقه فقد غفرت لك، ولولا محمد ما خلقتك (أخرجه الحاكم فى المستدرك وصححه ج : 2 ص: 615)
"Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku". Lalu Allah berfirman:"Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan?" Adam menjawab:"Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis "Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah" maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai". Allah menjawab:"Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, bredoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu"

Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa’ Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih.

Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi :

فلولا محمد ما خلقت آدم ولا الجنة ولا النار (أخرجه الحاكم فى المستدرك ج: 2 وص:615)

Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih segi sanad, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa’ , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180.

Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya.

Diriwatyatkan oleh Imam Hakim :

عن عثمان بن حنيف قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وجاءه رجل ضرير
فشكا إليه ذهاب بصره، فقال : يا رسول الله ! ليس لى قائد وقد شق علي فقال رسول الله عليه وسلم : :ائت الميضاة فتوضأ ثم صل ركعتين ثم قل : اللهم إنى أسألك وأتوجه إليك لنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إنى أتوجه بك إلى ربك فيجلى لى عن بصرى، اللهم شفعه فيّ وشفعنى فى نفسى، قال عثمان : فوالله ما تفرقنا ولا طال بنا الحديث حتى دخل الرجل وكأنه لم يكن به ضر. (أخرجه الحاكم فى المستدرك)

Dari Utsman bin Hunaif: "Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat" Rasulullah berkata"Ambillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:"bacalah doa (artinya)" Ya Allah sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat". Utsman berkata:"Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar". (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak)

Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daa’wat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib. Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya.

Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal.

Diriwayatkan oleh Imam Addarimi :
عن أبى الجوزاء أ وس بن عبد الله قال : قحط أهل المدينة قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة فقالت : انظروا قبر النبي فاجعلوا منه كوا إلى السماء حتى لا يكون بينه وبين السماء سقف قال : ففعلوا فمطروا مطرا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتى تفتقط من السحم فسمي عام الفتق ( أخرجه الإمام الدارمى ج : 1 ص : 43)
Dari Aus bin Abdullah: "Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: "Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung", maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk" (Riwayat Imam Darimi)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori :
عن أنس بن مالك إن عمر بن خطاب كان إذا قطحوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب فقال : اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا ننتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا قال : فيسقون (أخرجه الإمام البخارى فى صحيحه ج: 1 ص:137 )
Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:"Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan.

Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul .
عن أبى سعيد الحذري قال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : من خرج من بيته إلى الصلاة، فقال : اللهم إنى أسألك بحق السائلين عليك وبحق ممشاى هذا فإنى لم أخرج شرا ولا بطرا ولا رياءا ولا سمعة، خرجت إتقاء شخطك وابتغاء مرضاتك فأسألك أن تعيذنى من النار، وأن تغفر لى ذنوبى، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، أقبل الله بوجهه واستغفر له سبعون ألف ملك (أخرجه بن ماجه وأحمد وبن حزيمة وأبو نعيم وبن سنى).

Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu", maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya". (Riwayat Ibnu Majad dll.).

Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang ma'qool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119).

Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Na’im dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272).

Imam Al I’roqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya’ Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323).
Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98).
Pandangan Ulama Madzhab

. Diceritakan suatu kisah, bahwa Khalifah Abbasiyah ke II Manshur, naik haji dari Bagdad ke Mekkah. Sesudah mengerjakan haji baliau menuju ke Medinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad Saw.
Bersamaan dengan itu Imam Malik bin Anas (pambangun Madzhab Maliki) ada bersamanya di masjid Madinah. Khalifah Manshur bertanya pada Imam Malik: “Hai Abu Abdillah (gelar Imam Malik)! Sesudah ziarah dan hendak berdo’a apakah saya harus menghadap Ka’bah atau menghdap Rasulullah?”
Imam Malik menjawab :

Artinya : “Janganlah engkau palingkan mukamu dari padanya, karena Baliau adalah wasilah engkau dan Bapak engkau Adam kepada Allah. Menghadaplah kepadanya dan minta syafaatlah dengan dia, maka Allah akan memberikan syafaatNya kepadamu”
Allah Swt berfirman : “Kalau manusia ini menganiaya dirinya (dengan berbuat dosa) datang menghadapmu (hai Muhammad), maka meminta ampun kepada Allah dan Rasul meminta ampunkan pula, niscaya mereka akan menemukan (dengan pasti) Allah Penerima taubat dan Maha Penyayang” (lihat Syawahidul Haq halaman 156).
Cerita ini diterangkan oleh Qadhi ijadh dalam kisah Syifa’ dan oleh Imam Qasthalani dalam kitab Muwahibuladuniyah, oleh Imam Subki dalam kitab Khulasatul Wafa’ dan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfatuz Zuwar.
Berkata Ibnu Hajar, bahwa cerita Imam Malik dan Khalifah Manshur itu adalah cerita yang shahih berdasarkan sanad-sanad yang baik.

Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafi’i dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :"Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita"
(شواهد الحق ليوسف بن إسماعيل النبهانى ص:166)

Demikian juga perkataan imam syafi’i dalam salah satu syairnya:
آل النبى ذريعتى # وهم إليه وسيلتى
أرجو بهم أعطى غدا # بيدى اليمن صحيفتى
(العواصق المحرقة لأحمد بن حجر المكى ص:180)
"Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku"

Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky
Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan isti’anah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama,’ serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama’ yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bid’ah. (Syifa’ Assaqom hal 160)
Diceritakan suatu kisah, bahwa Khalifah Abbasiyah ke II Manshur, naik haji dari Bagdad ke Mekkah. Sesudah mengerjakan haji baliau menuju ke Medinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad Saw.
Bersamaan dengan itu Imam Malik bin Anas (pambangun Madzhab Maliki) ada bersamanya di masjid Madinah. Khalifah Manshur bertanya pada Imam Malik: “Hai Abu Abdillah (gelar Imam Malik)! Sesudah ziarah dan hendak berdo’a apakah saya harus menghadap Ka’bah atau menghdap Rasulullah?”
Imam Malik menjawab :

Artinya : “Janganlah engkau palingkan mukamu dari padanya, karena Baliau adalah wasilah engkau dan Bapak engkau Adam kepada Allah. Menghadaplah kepadanya dan minta syafaatlah dengan dia, maka Allah akan memberikan syafaatNya kepadamu”
Allah Swt berfirman : “Kalau manusia ini menganiaya dirinya (dengan berbuat dosa) datang menghadapmu (hai Muhammad), maka meminta ampun kepada Allah dan Rasul meminta ampunkan pula, niscaya mereka akan menemukan (dengan pasti) Allah Penerima taubat dan Maha Penyayang” (lihat Syawahidul Haq halaman 156).
Cerita ini diterangkan oleh Qadhi ijadh dalam kisah Syifa’ dan oleh Imam Qasthalani dalam kitab Muwahibuladuniyah, oleh Imam Subki dalam kitab Khulasatul Wafa’ dan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfatuz Zuwar.