TERBARU

Kamis, 08 September 2011

Petani dan Ibadah Jum’at


Ada seorang petani berkisah, bahwa suatu ketika dia baru memanen gandum, lalu bermaksud membawa gandum-gandum itu ke penggilingan. Dia berkata: “Ketika aku mengambil biji-biji gandum itu hendak kunaikkan ke punggung keledaiku, tiba-tiba keledai itu lari meninggalkanku”
Pada saat bersamaan, seorang tetangga yang sama-sama petani menghampiri seraya berkata: “Tuan hari ini adalah giliranmu untuk mengairi ladang. Cepat aliri ladangmu, sebab kalau tidak maka ladangmu akan menjadi kering”
Aku teringat bahwa hari itu adalah hari Jum’at, maka aku berkata dalam hati: “Shalat Jum’at lebih berharga bagiku dari pada kegiatan lainnya!” maka aku tinggalkan semua pekerjaan itu lalu bersiap-siap untuk menunaikan ibadah Jum’at.
Tatkala aku pulang ke rumah, tiba-tiba biji-biji gandum itu sudah sudah berada di rumah. Bahkan semuanya telah digiling, sebagian masih berupa tepung dan sebagian lagi sudah dimasak menjadi roti. Ketika aku menengok ladangku yang tak jauh dari rumah, kulihat semuanya telah terairi.
Aku benar-benar heran dengan semua itu, maka aku tanyakan kepada isteriku: “Bagaiman ini semua bisa terjadi?” Kata Isteriku: “Tadi tetanggaku membawa biji-biji gandum yang baru dipanen ke penggilingan dan biji-biji gandum milik kita pun dia bawa. Mungkin dia mengira bahwa karung-karung yang berisi biji-biji gandum itu semuanya miliknya. Maka ketika mereka membawa ke rumahnya, saya tahu bahwa sebagian dari karung-karung itu adalah milik kita. Sehingga aku ambil karung milik kita dan sebagian saya masak menjadi roti. Sedangkan mengenai ladang itu, airnya mengalir dari ladang milik tetangga hingga semuanya terairi.”
Setelah aku mengetahui kejadian itu, maka aku tidak lagi mementingkan urusan duniawi melainkan sebatas yang diperlukan. Aku tidak rela jika peribadatanku dan ketaatanku terganggu oleh kesibukan duniawi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar