TERBARU

Selasa, 16 Agustus 2011

ZUHUD

Zuhud dalam segi bahasa adalah kebalikan dari “suka/senang”, atau bisa diartikan Zuhud adalah “Benci”. Jika dikatakan “Seseorang zuhud akan sesuatu” maka bisa diartikan: “seseorang itu membeci sesuatu”. Secara hakikat arti Zuhud adalah, “memalingkan rasa suka atau cinta sesuatu terhadap perkara yang lebih baik/lebih beranfaat”.
Syarat barang/perkara yang disenangi adalah barang atau perkara yang biasa disukai oleh khalayak manusia. Jadi, apabila sesorang tidak menyukai batu, pasir, atau tidak suka rumput, maka tidak bisa dikatakan sebagai zahid (orang zuhud), karena barang-barang ini bukan keumuman orang untuk disenangi. Namun apabila seseorang tidak menyukai harta, benda-benda berharga maka bisa dikatakan sebagai Zahid.
Dasar kesenangannya adalah, apabila seseorang menganggap benda ini lebih baik dari benda yang lain sehinga menimbulkan rasa cinta dalam dirinya. Maka apabila dunia dijual dan diganti dengan akhirat, maka dikatakan “Zuhud dunia”, sebaliknya, apabila akhirat dijual diganti dengan dunia maka dikatakan “zuhud akhirat”. Sedangkan yang terlaku adalah mengkhususkan istilah Zuhud kepada orang yang “Membenci dunia dan memilih untuk mencintai akhirat.”
Banyak hadits yang menjelaskan masalah zuhud, diantaranya, diriwayatkan oleh Baihaki dalam kitab Syu’bul Iman.dari Rasulullah Saw, Rasulullah besabda:
ما زهد عبد فى الد نيا إلا انبت الله الحكمة فى قلبه وانطلق بها لسانه و بصره عيب الدنيا ودواؤها وأخرجه منها سالما الى دارالسلام
“tidak ada seorang hamba yang zuhud dunia kecuali Allah Swt, akan menumbuhkan hikmah di dalam hatinya dan akan terucap (hikmah) didalam lisannya, dan Allah akan memperlihatkan kehinaan dunia dan obatnya. Dan Allah akan mengeluarkan dari dunia dengan selamat menuju surga (Darus Salam)”
Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad, berkata Rasulullah Saw:
الزهد فى الدنبا راحة القلب والبدن والرغبة فى الدنبا تطيل الهم والحزن وما قصر عبد فى طاعة الله الا ابتلا الله بالهم
“Zuhud dunia itu menenangkan hati dan badan, dan mencintai dunia itu memperpanjang rasa susah. dan seorang hamba tidak sembrono dalam tho’at kepada Allah Swt kecuali Allah Swt, akan mencobanya dengan kesusahan”
Ada syair yang mengatakan:
Zuhudlah, dengan meniadakan ketergantungan hatimu dari mencintai harta dunia
bukan berarti kau tidak mempunyai harta dunia, maka kau akan menjadi orang yang paling berakal
Ditegaskan, bahwa zuhud dunia adalah sepinya hati dalam mencintai darta dunia, namun bukan berarti tidak mempunyai harta. Maka jangan dikira Nabi Sulaiman as, bukanlah seorang yang Zuhud. Bahkan beliau adalah Azhaduz Zahidiin (termasuk orang yang paling zuhud), Nabi Sulaiman as, makan hanya roti dari gandum kasar sedangkan Beliau memberi makan mahluk lain dengan makanan yang sangat enak dan lezat. Orang mempunyai sifat zuhud; mengambil secukupnya untuk dirinya sendiri dan memberikan untuk orang lain yang lebih baik, inilah yang dikatan ‘Adhomuz Zuhdi (Zuhud yang paling agung).
Sayidul thoifah Al Junaid ra, mengatakan, berkata “Zuhud adalah, tidak merasa memiliki kekuasaan, dan sepinya hati mengungkit jasa-jasa yang telah dilakukan”, dan dikatakan lagi “Zuhud adalah, menganggap remeh dunia serta melebur dampak yang timbul akibat dunia”. Berkata Sufyan Atsauri: “Zuhud dunia itu, mempersempit angan-angan kosong”. Berkata Abu Sualaiman Ad daroni: “Zuhud menurut kami adalah, meninggalkan setiap perkara yang dapat menyibukkan sehingga lupa kepada Allah Swt.”
Zuhud mempunyai derajat luhur setelah taqwa. Karena Zuhud menjadikan sebab cinta kepada Allah Swt. Adakah derajat yang lebih luhur dari mahabah ilallah (Cinta kepad Allah Swt)?. Bersabda Rasulullah Saw:
ازهد فى الدنيا يحبك الله وازهد فيما عند الناس يحبك الناس
“Zuhudlah (dalam masalah) dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki diantara orang-orang (disekitarmu) maka mereka akan mencintaimu.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Maka barang siapa dicintai oleh Allah, maka ia mendapatkan derajat yang paling luhur dan mulia. Dan dengan zuhud inilah para Ulama dan Salafus Shalihin mendapatkan derajat yang tinggi.

Orang yang Cinta Dunia
Orang yang tidak Zuhud dunia berarti ia mencintai dunia. Orang yang mencintai dunia, maka ia akan seperti orang yang mabuk minuman keras, bahkan ia akan selalu bertanya, Dimana hidayah (petunjuk)? Dimana jalan yang benar (ridho tuhan)?. Hal seperti itu terjadi karena mereka selalu sibuk dalam mencari-cari harta dan hatinya selalu mengharapkan mendapatkan harta, karena ketika rasa cinta sudah menancap dalam hati maka kecintaanya akan terlihat dalam perilakunya. Jika sudah seperti ini, maka Allah pun akan mencabut rasa tenteram dalam hatinya dan jauh dari Zuhud, walaupun ia sudah memiliki harta dan segala macam perhiasan, hatinya akan selalu merasa resah, jauh dari rasa tenteram. Jika ini terjadi, bagaiman ia akan medapatkan hidayah (petunjuk), dan pertolongan dari Allah Swt?.

Terhindar dari fitnah dunia
Ketika seorang menetapi zuhud maka ia harus tidak minta dikasihani oran lain dan bahkan suka memberi apa yang ia punya untuk orang lain, itu adalah sebagian untuk selamat dari fitnah dunia. Dijelaskan oleh pengarang Kifayatul atqiya waminhajul ashfiya, untuk menuju keselamtan dunia, artinya terhindar dari kerusakan dan kejelekan penghuni dunia (manusia), ada 4 (empat ) langkah.:
1. Memaafkan kebodohan orang lain
Memaafkan tindakan seseorang yang merampas hak dan menyikiti hati kita akibat kebodohan mereka, bahkan berusaha untuk menutupi kebodohan mereka.
2. Tidak membodohi/menganggap bodoh orang lain.
Mencegah mnyindir seseorang karena kebodohannya, karena itu akan manyakitkan.
3. Tidak minta dikasihani
Menghindari diri dari sifat minta belas kasih orang lain
4. Suka memberi yang ia punya
Suka memberi apa-apa yang kita punya.
Apabila keempat langkah ini ada pada diri kita, maka kita akan menjadi orang yang dicintai. Karena orang yang dapat memaafkan kebodohan orang lain dan bersabar dengan hinaan, tidak menganggap bodoh orang lain, tidak minta dikasihani, serta suka memberi, maka ia akan menjadi oran yang dicintai dan dipuji.
Janganlah melakukan suatu yang dapat mendatangkan kemarah dan kebencian agar terhindar dari hinaan dan kebencian orang lain. Apabila tidak menetapi langkah-langkah di atas maka yang terjadi adalah pertentangan dan perdebatan bahkan akan menjadi orang yang dibenci.
Keterangan di atas diambil dari perkataan Hatim al Ashom ra, terhadap Imam Ahmad bin Hambal, ketika ditanya: “Apa yang dapat menyelamatkan kita dari fitnah dunia?” Hatim menjawab: “Tidak ada yang dapat menyelamatkanmu dari fitnah dunia sehingga kau dapat melakukan empat hal. Memaafkan kebodohan seseorang, tidak membodohi, suka memberi, tidak minta belas kasihan. Apabila kau mampu melakukan ini maka selamatlah dari fitnah dunia”. Mari kita memohon kepada Allah Swt, semoga kita diberi akhlaq seperti itu dan akhlaq yang terpuji lain!.

Belajar ilmu
Diwajibkan bagi setiap orang untuk belajar ilmu yang dapat memperbaiki ‘aqidah yang sesuai dengan ajaran Ahlus Sunah wal Jama’ah. Hal ini dilakukan untuk menghindari ‘aqidah yang fasid (rusak), seperti I’tiqad mu’tazilah, jabariyah, mujasimah.
Juga diwajibkan bagi setiap orang untuk belajar ilmu yang dapat membersihkan hati dari sifat tercela, seperti sombong(takabur), suka pamer(riya’), suka menghasut,serta lsifat ainnya yang berupa penyakit hati.

Mengamalkan ilmu
Apabila seseorang mempunyai ilmu dan mengamalkannya, maka ilmua itu akan membuahkan hasil ia memperoleh surga dan mendapatkan derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat. Allah Swt berfirman:
الله الذين أمنوا منكم درجة واحدة والذين أوتوا العلم درجات يرفع
Ibnu Abas mengatakan: “Allah Swt, mengangkat derajat Ulama diantara orang mukmin yang lain dengan perbandingan tujuh ratus derajat, dan diantara dua derajat mempunyai jarak lima ratus tahun.” Nabi Muhammad Saw, telah menyaksikan bagaimana seorang yang mencari ilmu masuk ke dalam surga dan para Malaikat mengagungkan orang yang mencari ilmu karena memuliakan ilmu, dan tidak ada yang di agungka oleh malaikat kecuali orang yang (diberi)keagungan (oleh Allah Swt) di “kerajaan langit”.
Berkata seorang guru: “datang kepadaku seorang laki-laki ahli ilmu kasyfu, beliau tidak pernah berdiri (menghormat) pada seseorang kecuali kepada penuntut ilmu.beliau mengatakan: “sesungguhnya aku berdiri karena ketika itu aku melihat malaikat berdiri bersama orang yang menuntut ilmu yang tidak diketahui orang lain ”
Disaksikan juga oleh Rasulullah Saw, bahwa seorang yang ahli ilmu, semua memintakan ampun kepadanya mahluk yang ada di langit dan dibumi. Derajat manakah yang lebih agung dibandingkan seseorang yang dapat menyibukkan semua mahluk di langit dan di bumi untuk memintakan ampun untuknya. Kesimpulannya, keutamaan ilmu dan orang yang ahli ilmu sangat banyak sekali dan akan kita tuturkan nanti insya Allah.


Daftar pustaka: kitab Kifayatul Atqiya waminhajul Ashfiya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar